Sederhana Saja
Sekali. Gak mau nyala.
Dua kali. Tetap bergeming.
Tiga empat kali. Tetap, hanya
suara ‘grook’ yang keluar dari kipas kecil warna biru yang sudah lebih dari dua
tahun ini menemaniku mengusir panas yang menyiksa.
Panik, tentu saja. Jadwal kuliahku
kala itu padat. Mana sempat ke toko listrik untuk memperbaiki ini?
Jangan-jangan motornya rusak. Trus,
kalo aku mesti ganti beli kipas baru gimana? Mana aku lagi gak punya duit T,T.
Tapi kalo gak pake kipas, panas banget.
Pikiran-pikiran dan prasangka
macem-macem yang nggak-nggak mulai memenuhi kepala.
Membongkar-bongkar memori lama,
dulu si biru ini pernah soak juga. Trus, kubawa ke tukang listrik. Cuma dibersih-bersihin,
eh nyala lagi.
Mungkin memang Cuma kotor ya,
pikirku sejenak. Tapi, ah masa sih Cuma gara-gara kotor dia mogok gini? Lagian waktu
itu kan yang bersihin tangan si tukang listrik. Sang ahli. Nah aku, Cuma mahasiswa
kauntansi yan buta masalah kayak ginian. (lebay banget, padahal Cuma masalah
kipas :p)
Sempat ragu untuk mencoba
membersihkan si biru, takut hanya membuang waktu. Tapi, akhirnya dijalani juga.
Lap lap lap. Ternyata cepat ya
membersihkannya. Gak sampai 15 menit udah kinclong lagi tuh.
Eh, nyala!
Alhamdulillah..:)
Ternyata sesimpel itu ya. Sesederhana
itu.
Dia nggak rusak kok. Cuma kotor
aja.
Padahal, awalnya aku udah mikir
jauuuuh banget. Ya rusak lah. Ya bakal beli kipas baru lah. Macem-macem.
Mungkin seperti itu juga, kita,
dalam menghadapi masalah-masalah hidup kita.
Sekali ditimpa masalah, mikirnya
macem-macem. Berprasangka sampai ke titik terburuk.
Padahal terkadang, solusinya
sederhana saja. Simpel. Hanya saja, mungkin kita terlalu menutup mata untuk
hal-hal sederhana itu. Terbiasa berpikir rumit.
Seperti kata seorang saudari,
ketika ditanya, “kenapa gak pernah keliatan galau? Gak pernah punya masalah ya?”
Jawabannya kira-kira seperti ini
“Nggak tau aku yang terlalu
nyantai, atau emang cara berpikirku yang simpel ya, Na. Aku itu kalo ada masalah,
kutulis, dan kurinci, apa yang mesti aku lakukan. Kalo aku udah tau apa yang
harus aku lakuin, ya aku lakuin. Gak perlu lah aku bagi-bagi ke orang lain,
menambah beban orang lain. Kecuali kalo aku butuh pertimbangan orang lain, baru
aku cerita.
Kita itu terkadang sudah tau, apa
yang harus kita lakuin untuk menyelesaikan masalah kita. hanya saja, belum
smapai pada tahap pelaksanaannya. Aku juga masih belajar untuk ini kok, Na.”
Super sekali. Sebuah pencerahan
di senin pagi.
Mungkin memang iya, kita terlalu
terbiasa berpikir rumit.
Hingga tak sudi berpikir lebih
sederhana, atau justru tak ingin mencoba karena yakin bahwa masalah kita tak
sesederhana itu. Padahal, itulah pangkal dari segala kegalauan kita.
ke-stress-an kita.
Mungkin penulis juga masih
berpikir terlalu rumit, hingga sulit menghasilkan tulisan yang sederhana dan
mampu dicerna. Maaf ya.
Comments
Post a Comment