Aku bertanya kepada diriku tentang arti sebuah keimanan

Aku bertanya kepada diriku tentang arti sebuah keimanan. Bukan bermaksud telah berilmu, atau mendahului para Rasul dan ulama. Tidak sama sekali. Ini adalah sebuah ungkapan sederhana, dari manusia yang hanya baru sedikit mengenal Tuhannya..

Cahaya. Mungkin itu kata yang tepat untuk arti sebuah keimanan bagiku. Cahaya disaat jalan tengah gelap, sempit, dan berliku. Cahaya, yang menerangi tiap langkah dalam hidup, hingga langkah tak terseok dan terperangkap dalam kubangan lumpur, atau jatuh ke lubang tak berujung.

Cahaya iman, layaknya cahaya lainnya, tak kan pernah dijumpai di tempat-tempat kumuh dan kotor, atau kalaupun ada, cahay itu hanya remang-remang, tak cukup menerangi, dan masih berpotensi bagi langkah untuk terjatuh, terseok, atau terperangkap.

Cahaya iman, mahal nian harganya. Kau tak dapat membelinya dengan uang, tentu saja. Bahkan jika kau punya intan permata, ingin kau tukar dengannya, tak kan pernah kau dapat. Mengapa? Karena cahaya yang satu ini istimewa, tak kan kau dapati di toko mana pun, apalagi jika kau mencarinya di warung remang-remang, haha..ke laut saja kau.

Cahaya iman, mahal nian harganya. Sudah tau begitu, kenapa kau lalaikan? Sang Pemilik Cahaya telah anugerahkan engkau sebuah bekal bara keimanan, yang jika kau terus kembangkan, tentu saja akan menjadi api keimanan yang membuahkan cahaya keimanan. Pastikan, ia terpelihara. Jika tidak, jangan harap kau akan dapatkan cahaya iman itu, sampai kapan pun tak akan.

Cahaya iman, mahal nian harganya. Layaknya mutiara, yang harus senantiasa kau jaga.Kau basuh dengan air wudhumu, hingga hilang semua kotoran yang menempel padanya. Kau usap dengan khusyu’ sholatmu, hingga kian hari kian mengkilap ia dibuatnya. Kau lapisi ia dengan tameng puasamu, hingga tak kan ada lagi kuman nakal yang singgah.

Ketika ia kau lalaikan, kau tinggalkan, kau biarkan menghitam dan berubah warna karena tak kau basuh, tak kau usap, dan tak kau lindungi, maka jangan salahkan siapapun, jika akan sulit untuk memutihkannya, menjernihkannya, dan membuatnya menjadi seperti sedia kala.

Kau pikir kau siapa? Dengan mudahnya menyepelekan karunia Tuhan-Mu Yang Agung, yang dengan Kemurahan Hati-Nya bersedia menganugerahimu nikmat iman. Kau tahu? Tak semua manusia mendapatkannya! Kau yang terpilih!

Sebagai yang terpilih, layakkah kau mengecewakan Yang Memilihmu? Jagalah keimanan kita,wahai sahabat. Kita tak kan pernah tahu, kapan Sang Maha Pembolak-balik Hati mencabut nikmat iman ini. Jika kita melalaikannya, atau bahkan kufur terhadapnya, bukan tidak mungkin Ia palingkan kita dari nikmat yang tak terhingga ini, kepada kekufuran yang tak berujung.

Yaa Muqollibal Quluub, tsabbit quluubuna ‘ala diinika wa thooatika. Aamiin..

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Menyapih Empeng Anak

girls

fabulous science 4