ini realita, kawan. maka perhatikanlah..

“Realitanya adalah, zona aman seringkali melenakan dan membuat kita abai pada lingkungan yang sebenar-benarnya harus dihadapi”

Ironis sekali, ketika banyak da’i dan da’iah yang tengah puas berdakwah di kandang mereka sendiri, di zona aman mereka. Karena terlampau sering berdakwah kepada orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ketika mereka berhadapan dengan orang-orang yang bukan berasal dari kandang tersebut, mereka bingung, kagok, kikuk, malu, atau segan. Yang lebih parah, bukannya mewarnai, malah mereka ikut terwarnai.

Kita ambil contoh, kampus STAN. STAN adalah salah satu kampus ter-relijius yang pernah saya tahu. Lingkungan kampus yang kondusif, serta akses untuk tarbiyah yang mudah, membuat seakan pekerjaan dakwah menjadi tak terlalu berat, karena orang-orang yang didakwahkan pun juga telah tarbiyah.

Lalu apakah akan selamanya kita bertahan di kandang kita, kampus STAN? Apakah kita yakin orang-orang di luar sana pun sama karkternya dengan mahasiswa-mahasiswa dan masyarakat yang ada di sekitar kampus STAN. Jangan cepat berbangga diri, berpuas diri, lantas menganggap langkah dakwah begitu mulus ditempuh, karena mudahnya kita mengajak—setidaknya cukup banyak orang di kampus untuk ikut tarbiyah, kajian, dan sebagainya. Lihatlah, lingkungan di luar sana tidak senyaman ini, tidak seenteng ini!

Dakwah bukan melulu perkara ilmu agama. Ia lebih dari itu. Ia membutuhkan orang dengan kemampuan komunikasi yang baik, bisa bergabung dan berbaur dalam kondisi apapun, dimanapun, dan kapanpun. Ia, adalah bagaimana kita menyampaikan apa yang benar menurut sunnah, dan mencegah dari apa yang salah, dengan cara yang baik dan bisa diterima oleh orang lain. Bisakah anda bayangkan, bagaimana reaksi dari orang-orang yang didakwahi oleh orang yang kaku dan membosankan? Tentunya mereka akan acuh dengan orang tersebut, apalagi dengan apa yang ia serukan.

Sebuah PR besar, bagi para penggerak dakwah, saya dan juga anda—Insya Allah, untuk belajar, bagaimana caranya agar dakwah ini dapat diterima oleh mereka, dengan cara mereka, namun tanpa melanggar syari’at. Bagaimana kita bisa berbaur, bergabung bersama mereka, dengan menyisipkan nilai-nilai dakwah dalam setiap obrolan, tanpa membuat mereka merasa risih ataupun terganggu. Sungguh, ini bukanlah perkara mudah, tetapi bukan berarti tidak bisa. Sesuai dengan janji Allah dalam surat Al-Insyirah ayat 5-6 “Maka sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan”. Maka yakinlah, bahwa dibalik setiap kesulitan jalan dakwah yang kita tempuh, Allah akan senantiasa menyelipkan kemudahan itu.

Semoga bermanfaat. Mari sama-sama berjuang menegakkan agama Allah.

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Menyapih Empeng Anak

girls

fabulous science 4