Suatu sore - Meja Bundar Taman CD

Shofura dan Tsabita sedang menikmati masa-masa senggangnya, ketika baru beberapa hari kemarin menyelesaikan masa UTS nya, dengan mata kuliah di hari terakhir yang cukup membuat galau, segalau nama PT di soal nomor 3. Mereka berdua sama-sama mengalami hal yang sama, merasa bahwa UTS kali ini belum cukup sukses. Duduk bersila di sebuah meja bundar, pojokan taman CD yang sejuk di suatu senja, mereka terlibat percakapan yang cukup seru.

Shofura : Tsab, ngerasa nggak sih, kalo UTS kali ini kok rasanya berat ya? Atau aku aja ya yang ngerasa gitu?

Tsabita : Iya Shof, bener. Aku juga ngerasa gitu. Entah, mungkin karena kurang sungguh-sungguh belajar ya..

Shofura : nggak juga ah. Aku ngerasa udah pol-polan belajarnya. Mungkin iya sih. Tapi kupikir ada hal lain yang cukup berpengaruh. Mungkin…kita kebanyakan dosa ya Tsab?

Tsabita : *terdiam* Itu ngejleb, Shof. Tapi ya..masuk akal juga..Ilmu kan nggak mau berada di tempat yang kelam. Hati yang dipenuhi maksiat, pasti kotor banget ya Shof..jangan-jangan..itu hati kita..

Keduanya terdiam sejenak.



Tsabita : jadi inget kanjeng Nabi deh Shof, yang  ma’shum (terbebas dari dosa). Beliau beristighfar lebih dari 70 kali sehari..Lha kita? Ma’shum nggak, istighfar kok jarang ya Shof..

Shofura : Iya Tsab..atau mungkin..selama ini kita sudah merasa bersih dari dosa? Merasa jarang melakukan maksiat sehingga gak perlulah kita beristighfar?

#jLeb. Keduanya beristighfar..

Shofura : Tsab..padahal kita nggak pernah tau ya akhir hidup kita ini kayak gimana? Bisa jadi kita mati dalam keadaan maksiat, karena selama ini kita nggak pernah sadar akan kemaksiatan kita..Padahal ada orang-orang yang selama hidupnya berbuat maksiat, ternyata karena sebelum sakaratul maut dia hendak bertobat, dia diputuskan untuk meninggal dalam keadaan bertobat.

Tsabita : Oh..yang kisah pembunuh itu ya? Aku rada lupa sih, kamu bisa certain Shof?

Shofura : ya, intinya, ada seorang pembunuh yang udah membunuh 99 orang, lalu datang ke pendeta dan dia bertanya “ Apakah aku masih bisa bertobat?” pendetanya menjawab tidak. Lalu dia membuh pendeta itu hingga genaplah dia membuhun 100 orang. Lalu dia datang kepada ulama dan bertanya hal yang sama. Jawab ulama “ Ya, tidak ada yang menghalangi Allah untuk menerima taubat” dan dia kemudian disuruh untuk berangkat ke suatu daerah dimana banyak orang yang taat beribadah. Namun di perjalanan, dia meninggal..malaikat rahmat dan malaikat azab memperebutkannya, lalu datanglah malaikat dalam bentuk manusia dan menyuruh kedua malaikat itu untuk mengukur tanah tempat orang tsb meninggal. Ternyata, jaraknya lebih dekat ke daerah tempat orang-orang beribadah yang dia tuju. Dengan demikian, diputuskan bahwa malaikat rahmat lah yang berhak membawanya. Kurang lebih isi haditsnya seperti itu. Haditsnya muttafaq ‘alaih.

Tsabita : Luar biasa. Pembunuh 100 orang masih boleh bertaubat?

Shofura : Siapapun boleh Tsab. Asalkan sebelum matahari terbit dari barat.

Tsabita : Maksudnya gimana Shof?

Shofura : Abu Hurairah ra. Berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda, ‘Barangsiapa yang bertobat sebelum matahari terbit dari arah barat, maka Allah akan menerima taubatnya.” (h.r. Muslim)

Tsabita : subhanallah..itu yang perlu kita yakini ya Shof..pintu taubat Allah terbuka amat lebar. Dan Allah sangat senang kalau ada hambanya yang bertaubat. Aku inget, Abu Hamzah, Anas bin Malik Al-Anshari ra. Berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda, ‘Allah lebih gembira terhadap tobat hamba-Nya daripada seorang di antara kamu yang mendapatkan untanya yang telah hilang di gurun sahara.” (Muttafaq ‘alaih). Bayangin aja Shof, lagi panas-panas, semua perbekalanmu kau taruh di atas unta, trus tiba-tiba untamu hilang di gurun sahara. Udah kayak apa kan rasanya. Eh..tiba-tiba pas kamu lagi putus asa banget, tuh onta muncul di depanmu..Prasaanmu gimana? Nah Allah lebih seneng dari perasaan seneng itu Shof..Betapa Allah Maha Penyayang ya :’)

Shofura : Iya..banget..Cuma kadang-kadang manusia terlalu sombong buat tobat ya Tsab..merasa udah banyak berbuat baik..merasa sedikit berbuat dosa..padahal, sahabat Nabi pun nggak lepas dari khilaf ya Tsab, inget peristiwa menyejarahnya Ka’ab bin Malik?

Tsabita : Inget-inget. Yang nggak ikut perang tabuk karena kelalaiannya kan?

Shofura : Yup. Luar biasa loh hukuman yang beliau terima untuk menebus tobatnya agr diterima Allah. Diasingkan dari kaum muslimin sampai 50 hari. Gak boleh deketin istri 10 hari. Sampai dikisahkan, dunia rasanya sempit sekali. Tapi kemudian, Allah menerima tobatnya, dan bergembiralah ia, juga kaum muslimin yang lain.

Tsabita : Shof..aku takut kalau selama ini tobatku belum diterima Allah..

Shofura : Ya, aku juga. Kita harus benar-benar bersungguh-sungguh untuk gak akan lagi mengulanginya Tsab, dan berapa banyak kesalahan yang kita ulangi lagi dengan anggapan bahwa Allah Maha Pengampun dan kita meremehkan-Nya. Astaghfirullah..


Keduanya kemudian larut dalam diam. Menyadari bahwa selama ini mungkin mereka berdua merasa telah menjadi baik, padahal setumpuk dosa membebani punggung mereka. Masih ada kesempatan. Selama matahari belum terbit dari barat. Tidak ada dosa kecil bila dilaksanakan terus menerus, dan tidak ada dosa besar bila bertaubat atasnya. Wallahu a’alam.

Disarikan dari Syarah dan Terjemah Riyadush ash Sholihin Jilid 1 Bab Taubat- Imam Nawawi

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Menyapih Empeng Anak

girls

fabulous science 4