Berkaca pada perang Badar


"Salah satu cara yang dianjurkan, untuk menumbuhkan rasa cinta kita kepada Rasuullah SAW adalah dengan menkaji perjalanan hidup Beliau dan para sahabatnya"

Saya terngiang nasihat dari salah seorah ustadzah, saat mengisi kajian jum'at di kampus beberapa minggu silam.
Seperti yang saya alami pagi ini ketika sedang santap sahur. Ada sebuah tayangan film yang sangat menarik dan sangat bermanfaat untuk ditonton oleh siapa pun, muslim maupun non muslim, yang tayang di sebuah stasiun televisi swasta, judulnya Omar (Umar Ibn Khattab)


Pagi tadi episodenya tentang perang Badr. Peperangan pertama yang dihadapi Rasulullah da para sahabat setelah hijrah ke Madinah.
Peperangan tersebut melibatkan kaum muslimin yang haya berjumlah 300 orang, sedangkan kaum musyrkin berjumlah 1000 orang. Untuk detail lengkapnya, teman-teman pasti sudah lebih mengetahui daripada saya :) insya Allah.
Yang ingin saya bagikan disini adalah, sensasi yang saya rasakan, saat melihat peperangan itu digambarkan dalam adegan nyata, mungkin berbeda dengan yang selama ini terbayangkan di benak ketika membaca kitab siroh.



Saat itu, ketika dua pasukan tengah berhadapan, terlihat pasukan kaum muslimin berdiri tegak, rapi, raut wajah yang keras dan tegas. Di barisan terdepan, berdiri Ali bin Abi Thalib, Umar bin Khattab, dan Abu Imarah. Terlihat pula beberapa sahabat Rasulullah yang lainnya. Tak henti-hentinya mereka menyerukan 'Ahadun Ahad (Allah Maha Esa)' yang sungguh membuat bulu kuduk merinding.
Sementara pasukan musyrikin, barisan mereka tak teratur, nampak raut wajah yang khawatir laiknya orang yang ingin berbalik ke belakang. Sungguh terasa aura pesimis mereka, padahal jumlah mereka jauh lebih banya daripada pasukan muslimin.
dan ketika peperangan dimulai, kedua pasukan maju dan saling menghunuskan Pedang, melibat habis musuh yang ada di hadapannya. Beberapa pemuka kaum musyrikin seperti Umayyah bin Khalaf dan Abu Jahal, tewas terbunuh. Kaum Muslimin menggenggam kemenangan yang agung. Subhanallah..

Entah mengapa, mata saya berkaca-kaca menatap setiap adegan yang tergambar di layar kaca. Keberanian kaum muslimin memperjuangkan Islam, mengalahkan sebongkah ketakutan dan kekhawatiran yang mungkin ada di dalam dada-dada mereka.

Peperangan mereka, bukan karena dengki. Peperangan mereka, bukan untuk harta, wanita, maupun anak-anak. Peperangan mereka, bukan karena kesombongan dan keangkuhan menolak kebenaran.
Peperangan mereka, karena Allah semata.

Mereka maju juga bukan tanpa modal. Skill dalam berperang seperti memanah dan menggunakan pedang, tentu telah mereka persiapkan dengan baik. Terakhir, pertolongan Allah lah yang membuat segala sesuatu yang tak mungkin, menjadi mungkin. 300 lawan 1000, hey can you imagine it?


Nah, setelah menonton dan mengkaji siroh Rasulullah, begitu terasa lemahnya iman ini, yang jangankan berjuang di medan perang, berjuang melawan hawa nafsu sendiri saja terkadang masih teramat sulit. Mungkin memang, kualitas keimanan kita amat sangat jauuuuuuh dari mereka, astaghfirullah alazhim.
Kita masih sering, melakukan sesuatu dengan mengedepankan kepentingan pribadi, tapi para sahabat, tak ada yang mereka pikirkan selain Allah, Allah, dan Allah. Amalan mereka begitu luar biasa. Harta, jiwa, dan raga mereka, dengan ikhlas mereka persembahkan untuk jihad fii sabilillah. Allahu akbar, semakin terasa kecil dan hinanya diri ini :(


Ya Allah, sungguh Rasulullah adalah sebaik-baiknya manusia yang Kau ciptakan, izinkanlah kami untuk senantiasa mampu meneladani Beliau dan para sahabatnya. Aamiin.

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Menyapih Empeng Anak

girls

fabulous science 4