sebuah renungan untuk hati yang mulai membatu

kalau semua yang memiliki akhir yang baik, amalnya harus seperti alm. Ibu Yoyoh Yusroh, lalu dimanakah orang amatiran seperti saya ini berada kelak di akhirat?
pertanyaan yang frontal, memang iya. tapi jujur, pertanyaan itu, terus berputar-putar di kepalaku, menguing-nguing, membuatku pusing dan terus membayangi, sejak kudengar berita berpulangnya Ibu Yoyoh ke hadapan Rabb.

tak cukup hanya menunduk malu, atau memalingkan wajah dari cermin. tak sanggup rasanya diri ini bercermin lagi. tentu, dengan cermin biasa, diriku nampak tak lain dari biasanya.
tapi kali ini, aku mencoba bercermin dengan cerminan iman, cermin yang sesungguhnya. kudapati wajah mulai menghitam, noktah disana-sini. maksiat. kemunafikan.

pikiranku melayang, menuju entah kapan waktu itu datang, memikirkan bagaimana kondisi diri ini saat malaikat Izrail datang menghampiri.

penginderaanku, sedang apakah mereka?

lidahku..sedang jujurkah ia? atau sedang mengumbar omong kosong dan bualan dunia?

mataku..sedang apakah ia? menangisi diri yang tak taat padaNya kah, atu justru sedang asik memandang yang Ia haramkan?

telingaku..sedang mendengar kalamullah kah ia? ataukah malaikat Izrail pun perlu menutup telinganya karena hingar musik yang kudengar mengusik ketenangannya untuk menjemputku?

amal-amalku, dimanakah mereka?
bukankah tugas mereka adalah menemaniku, menjadi satu-satunya teman setia yang menemaniku,
saat tak lagi ada canda dan sapaan dari yang lain,
kemana mereka?
mungkinkah, mereka menghilang karena ujubku selama ini?
ataukah lenyap tak bersisa terbabat habis rasa riya'

lalu, dengan apa aku kembali?

dosa-dosaku, bisakah kutitipi mereka pada kau, wahai penghuni dunia.
aku tak mau membawanya pulang.
aku malu pada Rabb ku
aku tak mau menghinakan diriku, tak mau.
kutinggal saja disini, boleh?

....
Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma berkata, “Suatu hari aku duduk bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang lelaki dari kalangan Anshar, kemudian ia mengucapkan salam kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling utama?’ Rasulullah menjawab, ‘Yang paling baik akhlaqnya’. Kemudian ia bertanya lagi, ‘Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.’ (HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy. Syaikh Al Albaniy dalam Shahih Ibnu Majah 2/419 berkata : hadits hasan




Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Menyapih Empeng Anak

girls

fabulous science 4