tujuan, langkah, dan evaluasi - sebuah opini

Assalamu’alaykum. Salam Semangat.

Evaluasi. Satu semester berlalu sudah. Tingkat 2, ah leganya. Entah mengapa saya makin merasakan sulitnya kuliah di STAN ketika memasuki semester 3 ini. Walaupun bagi saya itu bukan masalah, toh memang saya sudah komitmen untuk menyelesaikan studi disini. Meski begitu, ada beberapa hal yang harus dievaluasi untuk 1 semester ke belakang. Saya merasa mengalami beberapa degradasi dalam berbagai aspek kehidupan saya. Ruhaniyah, fikriyah, jasadiyah, hubungan antarsesama, daaan banyak lainnya. Evaluasi. Mungkin saya memang harus mengevaluasi diri saya secara komprehensif.


Mengapa evaluasi itu perlu?

Wah pertanyaan bagus à ngakuin sendiri –“ well, kalo kita nggak evaluasi tentunya kita nggak tau dong sudah sejauh mana kita melangkah, apa saja yang perlu diperbaiki, mana yang bisa dipertahankan dan ditingkatkan. Dengan evaluasi, manusia bisa mengukur sejauh mana dia berhasil untuk nurut sama apa yang sudah dia komitmenkan di awal, ketika menetapkan suatu tujuan.

Tujuan. So pasti. Hidupmu punya tujuan kan?

Krik krik.

Bingung? Wah, waspada ya kalo bingung.

Hidup harus unya tujuan. Mau kemana, mau jadi apa, mau ngapain, dan mau mau yang lain.

Kalo saya sih, punya, tapi nggak mau lah saya publish disini *ngeles*

Okay, back to the topic.

Sekarang nambah pertanyaan nih, kenapa juga tujuan itu perlu? Jawaban gampangnya sih, kalo nggak punya tujuan, apa yang mau dievaluasi?

Loh katanya tadi evaluasi itu ya mengukur sejauh mana langkah kita

Lha iya, mengukur langkah, langkah kemana dulu. melangkah pasti ada tujuannya, kecuali kalo kamu orang stress ya..sedikit berbeda.

Tujuan kita, harus tergambar secara konkrit di dalam kepala.

Misal, saya pingin masuk surga. Trus harus ngapain? Ya berbuat baik. Berbuat baiknya ngapain aja? Ya gini..gitu..blabla..blubub…

Nah gini..gitu..blabka..blubub..itulah cara-cara kita dalam menggapai tujuan yang bisa kita evaluasi pada akhirnya.

Tujuan itu harus konkrit. Jelas. Ada kemungkinan –walaupun sedikit- untuk tergapai alias nyambung –walaupun dikit- sama kehidupanmu yang sekarang. Kalo nggak nanti nggak kebayang gimana langkahnya. Betul gak?

Misal tujuan yang nggak konkrit. Kamu pingin menemukan suatu planet baru di luar galaksi bimasakti yang bakal bisa dihuni manusia, tapi sekarang kamu kuliah akuntansi di STAN, ye elah, Jaka Sembung naik ojek!

Nah sekarang udah ngerti kan kenapa tujuan itu harus ditetapkan, dan harus konkrit? Satu lagi, saya sarankan untuk menuliskan smeua tujuan dan langkah-langkah konkritmu di tempat yang mudah kamu lihat.

Setelah kita dapet tujuan, dan menentukan langkah-langkah, mulailah kita bergerak dengan langkah yang sesuai dengan yang sudah kita rencanakan.

Sebuah proses butuh waktu kan? Oke.

Anggaplah proses sudah selesai, nah disinilah evaluasi bekerja.

Lihat kembali tulisanmu.

Nilai kembali kinerjamu.

Sudah komitmen kah terhadap cara-cara yang kamu tentukan di awal?

Sudah berapa persen langkah mu dalam mencapai tujuan?

Seberapa jauh kamu melenceng dari tujuanmu?

Terus ajukan pertanyaan untuk dirimu sendiri. Yang banyak. Yang interogatif. Evaluasi memang harus kejam.

Kalau hasil evaluasimu ternyata buruk, bersyukurlah, kamu masih punya waktu untuk memperbaiki.

Kalau hasil evaluasimu ternyata baik, bersyukurlah, dan tingkatkan apa yang sudah baik.

Bersyukur dan bersyukur.

Tak cukup sampai disitu. Action. Gerak. Percuma mengevaluasi diri tanpa langkah perbaikan dan peningkatan.

Syukur. Ia memang bukan hanya sebuah kata. Ia adalah gerak. Bergerak untuk memperbaiki dan bergerak untuk meningkatkan.

Sebuah evaluasi, secara tidak langsung, akan selalu menjadikan kita manusia yang bersyukur dan memperbaiki diri.

Nah, gimana? Udah dapet maksud dari tulisan ini? :)

Well, kalo belum, ini ada contoh evaluasi yang ditulis oleh teman-teman sedivisiku di FoSSEI. Ohya, evaluasi bisa juga dibantu oleh temen2 kita, supaya kit nggak melihat diri kita dari 1 sudut pandang saja.

Dari kak farid

Bicara soal Ina

1, Kurang tanggep dalam pekerjaan,,
2, Na ayoooo semannnnggggaaaaattttttt,, lemes mulu bawaanya
3, kadang sedikit pelupa, tapi gak banyak koq,,,,
4, gak jauh beda cueknya ama yayan,,,
5, klo liat ina, pasti kesimpulannya satu”ina orangnya pendiem”,hiihihihihihihi
6, Minim ide,, kurang improvisasi,,,,

Dari rifki

Tentang Ina :

Karena mungkin di sekolah kedinasan, mau ga mau harus patuh sm peraturan kampusnya. Jadi, perhatiannya ke organisasi kurang maksimal.

Dari yayan

Ina : kurang peka.

Nah, dengan begini, saya jadi mengerti, apa kekurangan saya di mata teman-teman saya :D

Kalo contoh di atas itu tentang kinerja saya di organisasi. Untuk masalah akademis dan beberapa hal lain yang saya ungkapkan di awal, biarlah evaluasinya saya simpan sendiri, hehehe. Kalian buat juga ya!

Semangat perbaikan.

Wassalamu’alaykum. Salam Semangat.

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Menyapih Empeng Anak

girls

fabulous science 4