Menjadi Seorang Ibu : Tentang Marah kepada Anak

Assalamualaykum..

Tulisan pagi ini dilatarbelakangi oleh kondisi kantor yang sepi bangeeeet. Maklum, hari terkahir masuk kerja, orang-orang udah banyak yang cuti buat mudik, tinggal lah kami-kami ini yang nggak cuti dan harus ambil peran jaga gawang. Hahaha. Tak apa lah.. Berhubung sepi kerjaan juga, ngetik dimari aja lah, mudah-mudahan bermanfaat ini.

Beberapa waktu lalu, saya sempat baca sebuah tulisan di sebuah buku berjudul "Bukan Emak Biasa". Dulu, saya pengen banget beli bukunya Mbak Fitri Ariyanti ini, karena beliau membahas tentang pengasuhan anak dari sisi seorang Working Mom. Selama ini udah terlalu banyak buku2 pengasuhan anak yang membahas dari sisi Stay-at-Home Mom. Jadi, bukunya Mbak Fitri ini pas banget untuk penyeimbang dan aplikatif banget. Trims Mbak, semoga jadi amal jariyah :)

Saya lupa judul tulisannya itu apa, intinya membahas tentang kemarahan kita pada anak. Yup, marah pada anak nggak jarang sulit buat dihindari. Apalagi kalau kondisi lagi mumet, capek, ga enak badan. Ya Allah, rasanya pengen makan anak kalau dia lagi rewel. Hehehe. Nah, di tulisannya itu, Mbak Fitri membahas tentang alasan mendasar kita marah pada anak. Kenapa marah? Apa alasannya? Anak bandel? Mood kita lagi jelek? atau alasan lain yang justru nggak ada sangkut pautnya sama anak.

Seringkali, tingkat kemarahan kita kepada anak, melebihi tingkat yang seharusnya dia terima. Misalnya, anak menumpahkan makanan hingga berceceran, kita teriak-teriak sampai anak kita meringsut ketakutan. Padahal yang dia tumpahkan tidaklah banyak. Namun karena saat itu kondisi kita sedang sangat lelah, jadilah kita marah sejadi-jadinya, marah dengan tingkat yang berlebih, bukan hanya karena anak kita menumpahkan makanan, tapi juga karena kita sedang lelah. Malangnya, anak kita lah yang menerima semua curahan kekesalan-kemarahan-kelelahan itu semua.

Atau kerap kali, kita sedang kesal dengan pihak lain, tapi gak mampu mengungkapkan kekesalan kita pada yang bersangkutan. Akhirnya anak kita lah yang jadi sasaran. Misalnya, kita lagi keseeel banget sama suami kita yang naruh baju sembarangan meski sudah berkali-kali diingatkan. Saat anak kita menaruh baju sembarangan, kita membentak dia dan berkata, "Adek kalau habis mandi, taruh bajunya di tempatnya dong! Mamah kan capek ingetin adek terus!" dengan keras, maksudnya agar suami kita juga mendengar sindiran kita. Jadilah anak kita yang meringsut ketakutan dibentak Mamanya. Suami? mending kalo dengerin. Hehehe. Kalo enggak? yang ada anaknya doang jadi korban.

Sampai saya membaca tulisan di bagian ini, saya merenung. Bener juga ya, dipikir-pikir. Saya kadang kalau lagi kesel sama orang, tapi saya ga bisa menumpahkan ke orang tersebut, kadang-kadang larinya ke anak. Marah saya jadi berlebihan. Bahkan yang seharusnya nggak perlu marah, jadi marah. Hanya karena hati lagi empet, kepala lagi mumet. Anak rewel sedikit langsung pecah semuanya. Yaa Allah.. kalo nginget2 gitu sedih banget rasanya :(

Padahal ya, hati dan jiwa seorang anak itu, Masya Allah, bening, bersih. Sebesar apa pun kita marah ke anak kecil, beberapa saat kemudian dia pasti lupa, menghampiri kita dan memeluk kita, cengar-cengir dengan penuh kepolosan. Ya Allah, amat sangat merasa bersalah karena sempat memarahi, apalagi kalau bukan salah si anak sama sekali..

Pernah juga suatu saat, saya dalam kondisi sangat lelah dan ngantuk, anak saya merengek gak berhenti-henti minta disetelkan video. Ampuuuun, dalam sekejap, saya bentak dia. Dan anak saya tertegun, kemudian menatap saya dan menangis sedih. Huhuhu.. ngeliat tangisannya saya langsung spontan meluk dan minta maaf..

Maka, mulai sekarang, logislah dalam marah kepada anak. Kalau bisa, malah jangan marah sama sekali. Eh tapi say abisa gak ya? Heheee..
Yang jelas, kalau harus marah, marah lah sesuai kadar. Jangan sampai anak kita hanya menjadi pelampiasan. Ingat, hati seorang anak terlahir bening, bersih. Jangan sampai ternoda oleh kata-kata kasar kita, atau nada tinggi kita, yang mungkin akan membekas sampai besar nanti.

Bener-bener banyaaaak sekali hal yang perlu saya pelajari, saya latih, dan saya pahami, dalam menjalankan peran sebagai seorang Ibu. Setiap Ibu pasti ingin menjadi Ibu yang terbaik untuk anak-anaknya. Tapi, seberapa besar usahanya dan kesungguhannya dalam menjalankan perannya?

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Menyapih Empeng Anak

girls

fabulous science 4